1.
Bisa
mengatur waktu sendiri, tidak
punya bos
2.
Bonus jauh lebih besar dari usaha
MLM atau usaha yang lainnya
3.
Tidak perlu sewa tempat, MODAL
GRATIS
4.
Produk tidak akan kadaluarsa dan
selalu diperlukan semua orang
5.
Bisa
dilakukan oleh siapa saja tanpa
perlu pendidikan khusus
6.
Pajak pendapatan 50% lebih kecil
7.
Menjadi
banyak teman dan relasi
8.
Pendapatan
Luas
9.
Kesempatan travel ke luar negeri
sangat banyak
10. Terbuka lebar untuk mendapatkan pasive income
Sebenarnya kesulitan ekonomi bukan
hanya dirasakan oleh lapisan masyarakat bawah melainkan juga masyarakat
golongan menengah ke atas. Masyarakat golongan bawah bergulat dengan masalah
kebutuhan hidup sehari-hari berupa kebutuhan untuk tersedianya makan minum dan
tempat tinggal yang sangat tinggi apalagi di kota besar seperti Jakarta.
Seperti apa saja contoh
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat golongan menengah ke atas?
Budi bekerja dengan gaji Rp 3,5
Juta/bln. Gaji dipakai untuk biaya hidup sehari-hari, termasuk untuk bayar
listrik, bayar kontrakan, bayar air, bayar uang sekolah anak ke 1 (4 thn),
bayar biaya keperluan bayi (anak ke 2, usia 5 bln). Setiap bulan Budi
kadang-kadang masih bisa menyimpan uang Rp 1 Juta untuk keperluan di masa
depan. Kita bantu Budi menghitung keperluan
kuliah untuk anak pertama yg berusia 4thn dan rencana kuliah 14 tahun lagi. Untuk rata-rata biaya kuliah S1
selama 4 tahun pada tahun 2011 memerlukan biaya Rp 150,000,000. Asumsi kenaikan
15% pa (pada kenyataannya, rata-rata inflasi pendidikan Indonesia adalah 19%
pa). Ketika dihitung dengan rumus dana kuliah, Budi maka Budi harus menyiapkan
total biaya sebesar Rp 1,061,356,000 untuk biaya kuliah S1 di tahun 2025
kelak,Budi wajib menyisihkan uang di
rekening pendidikan secara rutin selama 14 tahun dengan premi sekitar Rp 2
Juta/bln sejak hari ini juga. Ini belum termasuk biaya sekolah SD-SMP-SMU anak
pertamanya.Dengan gaji Rp 3,5 Juta/bln terlihat
sepertinya Budi cukup sulit untuk menyisihkan Rp 2 Juta/bln karena gaji saat
ini masih kurang. Walaupun Budi bisa menghidupi keluarganya tapi ada
kemungkinan besar bahwa anak-anak Budi tidak akan bisa merasakan bangku kuliah
kelak. Bagaimana dengan harapan indah untuk masa depan si anak ?
Menurut majalah SWA, ada 80%
karyawan dan eksekutif yang akan menghadapi adanya ‘bahaya miskin’ di
hari tua ?
Bahaya yang dimaksud tersebut adalah
bahaya ketika seseorang masuk Masa Pensiun !
Masa pensiun dikatakan sangat
berbahaya karena masa pensiun adalah masa di mana setiap harinya adalah hari ‘Day
OFF’. Masa berlibur panjang tanpa gaji atau pemasukan uang lagi tapi Anda
masih tetap harus mengeluarkan uang setiap harinya.
Semua orang harus bisa bertahan
hidup dengan sejumlah cadangan uang pensiun yang dikumpulkan ketika mereka
masih bekerja dalam masa produktif.
Toni bekerja di suatu perusahaan
besar sejak usia 30 tahun. Toni bekerja sampai usia 55 thn (total masa kerja 25
thn). Gaji Toni di usia 55 thn sekitar Rp 55,000,000/bln (asumsi kenaikan gaji
8% pa).
Ketika Toni pensiun, perusahaan
membayarkan dana pensiun 25xRp55 Juta = Rp 1.375 Milliar
Jika dihitung dengan rumus dana
pensiun (asumsi pengeluaran rumah tangga rutin 50% dari gaji, inflasi 15%pa),
Toni seharusnya memiliki cadangan dana pensiun di usia 55 thn setidaknya
minimum Rp 11,2 Milliar agar uang tersebut bisa digunakan dari usia 55 sampai
uang habis di usia 75 tahun.
Diperkirakan Toni akan mengalami
masalah ekonomi karena cadangan dana pensiunnya habis sebelum sampai usia 75
tahun !
Untuk gambaran besar, sebenarnya ada
sejumlah masalah umum yang di hadapi belakangan ini :
- Kelompok Karyawan / Eksekutif terancam ‘miskin’ di masa pensiun apabila mereka tidak menyiapkan tambahan cadangan dana pensiun ketika masih bisa menghasilkan di masa produktif. Kebanyakan orang mengatakan mereka tidak bisa menyisihkan uang lagi untuk dana pensiun karena terbatasnya income.
- Kelompok masyarakat menengah ke bawah terancam untuk tidak bisa menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi karena besarnya biaya pendidikan saat ini dan tingginya inflasi pendidikan setiap tahun.
- Kelompok masyarakat golongan bawah terancam tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan sehari-hari karena kenaikan pendapatan mereka ‘sangat tertinggal’ dibandingkan kenaikan bahan pangan sehari-hari.
- Banyak masalah pelik terjadi dalam keluarga. Banyak anak ‘broken home’ dan menjadi anak yang bermasalah. Penyebab dasar karena anak-anak tidak mendapatkan perhatian berkualitas atau quality time yang cukup dari para orang tua. Kendalanya adalah banyak orangtua yang terpaksa bangun-pergi pagi-pagi (ketika anak masih terlelap) dan pulang larut malam (ketika anak sudah tertidur), untuk pergi bekerja keras demi memenui kebutuhan hidup keluarga. Orangtua tidak bisa memberikan banyak waktu berkualitas bersama anak mereka. Waktu berkualitas tersebut sudah ‘dijual’ dan ditukarkan dengan uang kebutuhan hidup sehari-hari.
- Para pebisnis konvensional banyak yang pusing menghadapi dilema bisnis. Banyak faktor, antara lain : banyaknya persaingan tidak sehat dari kompetitor sehingga omset penjualan semakin menurun, sedangkan para pebisnis harus tetap melunasi hutang-hutang bisnis mereka, harus mengasah otak setiap hari untuk mengantisipasi kemungkinan resiko bisnis yang bisa saja terjadi, serta habisnya waktu berkualitas untuk keluarga karena merasa sulit dan tidak bisa meninggalkan bisnisnya untuk dikelola secara penuh oleh orang lain.
- Seorang pakar ekonomi memberikan pernyataan yang cukup ‘mengejutkan’. Melihat situasi sekarang ini, perkembangan perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, setiap kepala keluarga yang sudah berkeluarga (istri dan min 1 anak) dan mereka hidup di kota besar seperti Jakarta, maka kepala rumah tangga harus memiliki pendapatan sebaiknya minimal Rp 40,000,000/bulan agar bisa hidup ‘LAYAK’. Kategori layak adalah mereka bisa terhindar dari masalah keuangan, dengan asumsi kepala keluarga bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari yang layak, menyekolahkan anak dari TK-Kuliah di sekolah yang berstandar baik, mampu melunasi cicilan rumah standar, dan dia sudah bisa mengalokasikan 20-30% dari penghasilannya untuk simpanan dana pensiun yang cukup di masa depan kelak.
Lalu solusi apa yang terbaik untuk
menjawab masalah di atas?
Bagaimana caranya agar saya bisa memberikan waktu berkualitas kepada anak-anak dan pasangan Anda sekaligus bisa memenuhi kebutuhan hidup yang lebih layak ?
Bagaimana caranya agar saya bisa memberikan waktu berkualitas kepada anak-anak dan pasangan Anda sekaligus bisa memenuhi kebutuhan hidup yang lebih layak ?
“Solusi terbaik adalah JALANKAN
SEBUAH BISNIS yang sudah terbukti, aman & minim resiko, pasti cepat
menghasilkan, bisa dijalankan oleh semua orang, pasti memberikan hasil lebih
besar, sekaligus bisa menciptakan lebih banyak ekstra waktu berkualitas untuk
anak dan pasangan Anda”
Peluang terbaik untuk Anda adalah
Bisnis Bersama Prudential !
Bisnis Prudential sudah terbukti
luarbiasa, angka statistik telah menunjukkan sampai saat ini sudah tercipta
lebih dari ratusan orang miliarder di Indonesia !!
Beberapa orang pebisnis sudah
memiliki income fenomenal dan sampai hari ini sudah banyak rekor usia yang
terpecahkan oleh para pebisnis termuda berusia 20 tahunan yang sudah
masuk golongan miliarder melalui bisnis Prudential.
Semua pebisnis baik partimer atau
fulltimer akan memiliki peluang sukses yang sama, tidak peduli latar
belakang Anda, ketika siap mengikuti & menjalankan POLA KERJA SISTEM BISNIS tersebut maka Anda pasti sukses !